COOMB’S TEST
Oleh
:
Irene Istiurmauli P. ( P17434012056)
Semester
IV Reguler B
PRODI
DIII ANALIS KESEHATAN
POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa yang telah memberikan kesempatan dan kesehatan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “ Coomb’s Test ” ini.yang
dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Transfusi Darah.
Keberhasilan penyusunan makalah ini tidak mungkin
terwujud tanpa bantuan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Bp.
Widodo selaku dosen pengampu Mata Kuliah Transfusi Darah
2. Orang
tua yang telah memberikan dorongan baik materiil maupun spiritual
3. Teman-teman
yang telah memberikan bantuan selama penyusunan makalah ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik dari para
pembaca sangatlah penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberi manfaat untuk memperluas wawasan para pembaca.
Semarang,
7 Agustus 2014
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
............................................................................................... 1
1.2 Perumusan
Masalah
........................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan
............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Coomb’s Test .............................................................................. 2
2.2 Jenis test Antibody......................................................................................... 3
2.3 Reagensia dan Peralatan................................................................................. 3
2.4 Langkah Kerja ............................................................................................... 4
2.5 Hasil................................................................................................................ 5
2.6 Faktor Kesalahan ........................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 8
3.2 Saran .............................................................................................................. 9
BAB
I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tes antibodi dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan antibodi tertentu yang menyerang sel darah merah.
Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh yang berfungsi
untuk melawan zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh dan kemudian
memusnahkannya, seperti bakteri dan virus.
Darah manusia mempunyai tanda
sendiri (disebut antigen) pada permukaan sel darah merah. Dalam proses
transfusi darah, darah yang ditransfusikan harus cocok dengan tipe darah si
penerima. Itu berarti darah yang ditransfusikan harus memiliki antigen yang
sama seperti sel darah merah pasien. Jika dilakukan transfusi darah dengan
antigen yang berbeda (darah yang tidak cocok), maka sistem kekebalan tubuh akan
menghancurkan sel-sel darah yang ditransfusikan. Ini disebut reaksi transfusi
dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau bahkan kematian. Inilah
sebabnya mengapa pencocokan golongan darah sangat penting.
1.2 Perumusan Masalah
-
Apakah
pengertian dari Coomb’s Test
-
Apa
saja jenis Test antibody
-
Reagen
dan peralatan apa yang diperlukan dalam pemeriksaan ini
-
Bagaimana
cara melakukan pemeriksaan Coomb’s Test
-
Bagaimanakah
interpretasi hasilnya
-
Faktor
apa saja yang dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui
secara detail fungsi dan cara pemeriksaan Coomb’s Test secara benar
BAB
II
Pembahasan
Pembahasan
2.1 Pengertian Coomb’s Test
Pemeriksaan Coomb’st test adalah
pemeriksaan yang digunakan untuk
mendeteksi adanya antibody pada permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit dalam
serum. Anti body ini menyelimuti
permukaan sel eritrosit yang meyebabkan umur eritrosit menjadi lebih pendek dan
sering menyebabkan reaksi inkompetibel pada transfuse darah. Normalnya,
antibodi akan mengikat benda asing seperti bakteri dan virus dan
menghancurkannya sehingga menyebabkan destruksieritrosit (hemolisis)
Kondisi-kondisi yang dapat
menyebabkan pembentukan antibodi antara lain :
1.
Reaksi
transfuse
Darah manusia digolongkan
berdasarkan penanda tertentu (yang disebut antigen) pada permukaan eritrosit.
Untuk transfuse diperlukan tipe darah yang sama berdasarkanantigennya. Jika
antigen yang diberikan berbeda maka sistem imun akan menghancurkandarah yang ditransfusikan.
Ini dinamakan reaksi transfuse yang dapat menyebabkan penyakitserius bahkan
kematian
2.
Sensitisasi
Rh
Faktor Rhesus (Rh) merupakan suatu
antigen. Jika seorang ibu hamil dengan golongan darahRh negatif dan bayi yang
dikandungnya RH positif maka akan terjadi sensitisasi Rh. Bayinyamungkin
memiliki Rh positif dari ayahnya. Sensitisasi Rh terjadi bila darah janin
bercampur dengan darah ibu selama kehamilan atau persalinan. Ini menyebabkan
sistem imun ibumembentuk antibodi untuk melawan sel darah janin pada kehamilan
selanjutnya. Responantibodi ini dinamakan sensitisasi Rh dan bila ini terjadi,
dapat menghancurkan sel adarhmerah janin sebelum atau setelah dia lahir. Jika
sensitisasi terjadi, janin atau bayi baru lahir dapat berkembang menjadi masalah
ringan hingga berat (dinamakan penyakit Rh atauerythroblastosis fetalis).
Dalam kasus yang jarang, jika
penyakit Rh tidak ditangani, janin atau bayi baru lahir akan mengalami
kematian. Wanita dengan Rh negatif bisa mendapatkanimmunoglobulin Rh (misalnya
RhoGAM) yang hampir selalu menghentikan kejadiansensitisasi. Masalah
sensitisasi Rh menjadi sangat jarang sejak dikembangkannyaimmunoglobulin Rh.
3.
Anemia
hemolitik autoimun
Jenis anemia hemolitik yang
dinamakan anemia hemolitik autoimun merupakan penyakityang jarang yang
disebabkan oleh pembentukan antibodi yang melawan eritrositnya sendiri.
2.2 Jenis Test Antibodi
Direct Coombs’ test
(langsung) :
Pemeriksaan
dilakukan pada sel darah merah, juga dapat dilakukan pada bayi yang baru lahir
dengan darah Rh+ yang ibunya memiliki Rh-. Hasil pengujianakan menunjukkan apakah darah ibu telah membuat
antibodi dan apakah antibodi tersebut telah pindah kepada bayi melalui
plasenta.
Indirect Coombs’
test (tidak langsung) :
Pemeriksaan dilakukan pada serum
darah, umumnya dilakukan sebelum transfusi darah dan dapat juga untuk
menentukan titer antibodi Rh+ pada darah seorang wanita Rh-.
2.3 Reagensia dan Peralatan
1. Sel golongan darah O normal 2-5 %
2. Coomb’s control cell positif (CCCP)
3. Bovin albumin 22% (BA)
4. Coomb’s Serum ( AHG) yaitu anti
human globulin antibody yang dihasilkan
oleh binatang yang disuntikkan serum
atau protein manusia untuk mendeteksi Ab yang melekat pada permukaan eritrosit
dan menyingkirkan Ab lain yang tidak diinginkan.
5. Saline
6. Incubator (waterbath 0 suhu 37 0
c)
7. Centrifuge
8. Mikroskop
9. TimerR
10. Rak tabung
11. Tabung reaksi ukuran 12 x75 mm
12. Pipet tetes
13. Botol semprot
14. Slide test
15. Beaker glass
16. Wadah limbah
2.4 Langkah Kerja
1.
Aglutinasi
Langsung (direct Coomb’s test)
-
Siapkan
alat dan bahan
-
Tambahkan
2 tetes suspense eritrosit 2-5 % ke dalam tabung I dan II
-
Cuci
suspense eritrosit 2-5 % 3-4 kali dengan saline
-
Tambahkan
kedalam sedimen sel ( tabung I 2 tetes AHG dan tabung II, 2 tetes saline
sebagai negative control)
-
Putar 1000 rpm selama 1 menit atau 3500 rpm
selam 15 detik
-
Amati
ada tidaknya aglutinasi
--apabila negative tambahkan 1 tetes
cccp dan diputar kembali selama 1 menit kecepatan 1000 rpm
--apabila positif berarti pekerjaan
benar dan apabila negative pemeriksaan harus diulang kembali.
2.
Aglutinasi
Tidak Langsung
Ø Masukkan 2 tetes serum atau plasma
yang akan dipriksa ke dalam tabung reaksi
Ø Tambahkan 1 tetes suspense eritrosit
2-5 % kedalam tabung tersebu
Ø Inkubasi pada suhu 370 C selam 15-60 menit
Ø Tambahkan BA 22% kemudian diputar 1
menit pada 1000 rpm dan baca hasil reaksinya. Setelah itu inkubasi selam 15
menit
Ø Cuci suspense eritrosit 2- 5% 3-4 x
dengan salin. Salin pencucian terakhir dibuang sebanyak-banyaknya untuk
mencegah pengenceran serum coomb’s
Ø Kemudian tambahkan 2 tetes serum
coomb’s dan kemudianputar selam 1 menit 1000 rp
Ø Baca hasil reaksinya
-- apabila hasil negative tambahkan
1 tetes CCCP dan diputar kembali 1000 rpm selam 1 menit
--apabila positif berarti pekerjaan
benar dan apabila negative pemeriksaan harus diulang kembali
2.5
Hasil
a.
Normal
· Tidak ditemukan antibodi (hasil test
negatif)Direct Coombs’ Test negatif berarti tidak ada antibodi dalam sel
darah merah
· Indirect Coombs’ Test negatif
berarti darah pendonor dan darah penerima kompatibel (cocok)
· Indirect Coombs’ Test negatif pada
wanita Rh- yang hamil berarti tidak ada antibodi anti Rh+ dalam darah dan belum
terjadi sensitisasi
b.
Abnormal
·
Direct
Coombs’ Test positif berarti ada antibodi yang akan melawan dan menghancurkan
sel darah merah. Hal ini dapat disebabkan oleh transfusi darah yang tidak cocok
atau penyakit anemia hemolitik
·
Indirect
Coombs’ Test positif berarti darah pendonor tidak cocok dengan darah si
penerima
·
Indirect
Coombs’ Test positif pada wanita Rh- yang hamil atau berencana untuk hamil
berarti dia memiliki antibodi terhadap darah Rh+ (sensitisasi Rh). Saat awal
kehamilan jenis darah bayi akan diperiksa, jika darah bayi Rh+ maka ibu harus
mendapat pengawasan ketat selama kehamilan untuk mencegah masalah dengan sel
darah merah bayi. Jika sensitisasi belum terjadi maka dapat dicegah dengan
suntikan Immunoglobulin anti RhD
2.6
Faktor Kesalahan
HASIL NEGATIF PALSU
o
Tidak mencuci sdm dengan bersih dan
baik, karena globulin yang bebas yang
tidak berikatan dengan sel akan
menetralisir AHG.
o
Pemeriksaan terganggu atau tertunda.
-
Pelaksanaan proses pencucian harus
dilakukan secepat mungkin untuk mengurangi kehilangan Ab yang terlepas dari
sel.
-
AHG harus ditambahkan segera setelah
proses pencucian selesai karena Ab yang telah mengadakan ikatan akan terlepas
kembali
-
Setelah AHG ditambahkan harus segera
diputar dan dibaca, karena reaksi IgG yang menyelimuti sdm akan melemah setelah
inkubasi.
o
Reagen kehilangan reaktivitas yang
disebabkan oleh penyimpanan yang tidak
baik, kontaminasi bakteri / serum manusia. Penyimpanan AHG dianjurkan pada 2 –
80 C, jangan dibekukan, bila warna berubah tidak digunakan lagi. AHG mengalami
netralisasi bila terkontaminasi dengan serum manusia / anti–D sera. Hal ini
tidak terlihat dengan mata (makroskopis) tetapi terlihat bila diperiksa dengan
CCC, hasil reaksi yang seharusnya pos menjadi neg.
o
Tidak ada AHG pada pemeriksaan, atau
lupa menambahkan AHG. Hal ini dapat dicegah dengan memakai AHG yang berwarna.
o
Penggunaan centrifugasi yang tidak baik,
centrifugasi yang lambat keadaan menjadi tidak optimal untuk aglutinasi,
sebaliknya centrifugasi yang terlalu kuat memadatkan sel, sehingga sel sukar
untuk terurai.
o
Jumlah eritrosit yang ada pada pemeriksaan mempengaruhi
reaktivitas. Reaksi yang lemah karena terlalu banyak eritrosit, sebaliknya
eritrosit yang terlalu sedikit menyulitkan pembacaan aglutinasi dengan baik.
o
Reaksi prozone sebagai kemungkinan
penyebab pemeriksaan antiglobulin tidak reaktif.
HASIL POSITIF PALSU
§ Sdm
sudah dicentrifugasi sebelum dilakukan pencucian. Apabila tidak terlihat aglutinasi yang tampak setelah penambahan AHG
dapat disalah interpretasikan pembacaannya sebagai akibat perselubungan IgG /
komplemen. eritrosit penderita cold react auto Ab yang kuat beraglutinasi pada
contoh darah yang disimpan pada suhu kamar atau dibawah suhu kamar.
§ Tabulasi
gelas yang tidak bersih terkontaminasi dengan debu, detergent / material lain
yang menyebabkan sdm menggumpal / aggregasi.
§ Over
centrifugation dapat memadatkan eritrosir
yaitu agregasi disalah artikan dengan aglutinasi.
§ Reagen
yang dibuat tidak baik dan dapat mengandung Ab yang mengakibatkan aglutinasi
pada sel yang tidak diselubungi. Enzyme treated red blood cells dapat meningkatkan
reaktivitas dengan antispecies Ab dan dapat bereaksi langsung dengan reag AHG
yang mengandung kontaminasi aktivitas.
BAB
III
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
Tes antibodi dilakukan untuk
mendeteksi keberadaan antibodi tertentu yang menyerang sel darah merah.
Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh yang berfungsi
untuk melawan zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh dan kemudian
memusnahkannya, seperti bakteri dan virus.
Pemeriksaan Coomb’st test adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya
antibody pada permukaan eritrosit dan anti-ab eritrosit dalam serum. Anti body ini menyelimuti permukaan sel
eritrosit yang meyebabkan umur eritrosit menjadi lebih pendek dan sering
menyebabkan reaksi inkompetibel pada transfuse darah. Normalnya, antibodi akan
mengikat benda asing seperti bakteri dan virus dan menghancurkannya sehingga
menyebabkan destruksieritrosit (hemolisis)
3.2 Saran
Dalam melakukan pemeriksaan Coomb’s
Test perlu memperhatikan factor factor yang ada supaha hasil yang didapat
bukanlah Positif palsu ataupun Negatif palsu. Akan tetapi sesuai dengam keadaan
yang sebenarnya.